BENTUK-BENTUK
GOTONG ROYONG MASYARAKAT DESA
Pengertian Gotong
Royong
Dalam kebiasaan orang Maluku
khususnya Maluku tengah gotong royong sudah dikenal sejak dahulu kala. Budaya
ini dinamakan Masohi. Masohi dapat
diartikan sebagai suatu aktivitas kerjasama tolong menolong dengan pengerahan
tenaga, baik secara besar-besaran maupun kecil-kecilan. Gotong Royong menurut
pendapat :
1. Pattikayhattu
(2000) mengatakan masohi adalah aktivitas yang dilakukan bersama-sama oleh
sekelompok orang yang hidup bersama atau punya relasi tertentu untuk menyatakan
sikap tolong menolong dan saling membantu untuk tujuan tertentu.
2. Koentjaraningrat
bahwa masyarakat dan kebudayaan itu selalu berubah tiap detik dalam hidupnya
dan bahwa masyarakatdan kebudayaan yang statis tidak ada.
Menurut
Koentjaraningrat tolong menolong dalam komunitas kecil bukan saja terdorong
oleh keinginan spontaan untuk berbakti kepada sesame, tetapi dasar dari tolong-
menolong adalah perasaan saling membutuhkan yang ada dalam jiwa masyarakat. Koentjaraningrat
membedakan aktifitas tolong menolong atau gotong royong ini atas dua bagian
yaitu gotong royong tolong menolong dalam aktivitas pertanian, aktivitas
sekitar rumah tangga, aktivitas dalam pesta, dan upacara: aktivitas dalam
peristiwa kecelakaan, bencana dan kematian serta aktivitas gotong royong kerja
bakti.
Bentuk-bentuk gotong royong
1. Di bidang pertanian
Di waktu dahulu bila seseorang
akanmengerjakan/ membuka kebun, berladang, memungut hasil panen dan lain
sebagainya, maka pekerjaan ini biasanya dilakukan bersama-sama sampai pekerjaan
tersebut selesai tanpa pamrih atau imbalan apapun, lebih banyak melibatkan
masyarakat dalam ikatan uku yaitu kelompok yang terikat dalam suatu
territorial, geonologis dan religious. Hal ini dilakukan karena mereka merasa
dirinya sebagai suatu kelompok primer di mana hubungan satu dengan yang lain
berlangsung dalam frekwensi yang tinggi. Pengarahan tenaga dilakukan hanya
dengan suatu pengunguman oleh kepala Ukuatau soa melalui marinyo(petugas untuk menyampaikan berita ke seluruh negeri). Di
Desa Tuhaha dan Haria juga desa-desa lain di Pulau Saparua, bila ada kegiatan
membuka kebun baru, terlebih dahulu dilaksanakan upacara yang disebut mau-mau. Upacara ini dilakukan seminggu
atau paling lambat sehari sebelum kegiatan dimulai. Upacara ini dipimpin oleh
orang yang dituakan atau tua adat.
2. Di bidang perburuan
Aktivitas masohi untuk kegiatan
berburu diistilahkan dengan user. Kelompok ini beranggotakan kaum pria. Berburu
di desa Tuhaha dikenal dengan istilah “user babi”. Hasil buruan yang didapat
dibagi sama rata kepada anggota yang ikut dalamkegiatan tersebut serta pendeta
sebagai tanda terimakasih kepada Tuhan. Pemilik anjing biasanya mendapat dua
bagian. Jika ada kelebihan dibagi juga kepada kaumkerabat yang itdak ikut.
Sedangkan untuk acara pesta maka hasil buruannya diserahkan seluruhnya kepada
keluarga tersebut. Sedangkan di desa Haria kegiatan berburu dikenal dengan nama
“dodeso babi”. Dodeso biasanya di buat oleh kelompok yang terdiri dari lima
sampai tujuh orang. Hasilnya dibagi sama rata.
3. Di bidang perikanan
Kegiatan
tolong menolong di bidang perikanan dikenal beberapa istilah seperti
rorehe/perahu arumbai dan sero. Rorehe /perahu arumbai merupakan sejenis perahu
pencari ikan dengan ukuran besar memakai layar, yangdilengkapi alat penangkap
ikan seperti:
1. Jaring redi
panjang 100 sampai 600 meter, dapat mengkap jenis ikan besar maupun kecil
seperti ikan tongkol/cakalang,ikan momar.
2. Jala, dipakai
untuk menangkap jenis-jenis ikan seperti make kawalinya dan lain-lain.
3. Huhate, yaitu alat penangkap ikan yang
terbuat dari sebatang bamboo, panjang kira-kira dua meter, dimana pada ujung
bamboo itu diikat tali tasi dan diberi mata kail lengkap dengan umpan. Huhate
dipakai untuk menangkap jenis ikan besar seperti cakalang , komu/tunadan
tatihu.
4. Jiop yaitu
sejenis jarring yang dipakai untuk menangkap jenis ikan seperti ikan terbang,
ikan julung dan lain sebagainya.
Peserta yang
ikut dalam kegiatan ini antara lima sampai dengan 15 orang,dengan seorang
pemimpin yang disebut tanasi. Pemilik
peralatan disebut tuan manara (menara)
biasanya tuan manara merangkap tanasi, sedangkan anggota arumbai disebut masnait. Seroyaitu sejenis penangkap
ikan yang terbuat dari belahan-belahan bamboo yang dianyam menyerupai tikar dan
dipancangkan pada tiang-tiang dan ditempatkan dipesisir pantai sebagai
perangkap ikan. Kegiatan ini dilakukan secara gotong royong. Tempat yang
dipilih untuk mendirikan sero harus di tempat yang didatangi kan dan juga pada
air yang agak dangkal, tetapi bila air pasang surut tidak kering.
Masyarakat di desa haria sebelum
melaksanakan kegiatan melaut selalu mengadakan doa bersama kepada Tuhan untuk
memohon berkat dan perlindungan selama di laut. Dalam hubungannya dengan
kegiatan melaut, mereka mengenal dua macam upacara untuk penggunaan perahu baru
dan jarring baru. Upacara ini dinamakan “upacara turun perahu dan upacara turun
jarring”.
4. Di bidang teknologi
Aktivitas di bidang ini antara
laindalam kegiatan membuat pagar, mendirikan rumah, mulai dari memotong kayu
untuk ramuan rumah sampai membangun dan lain sebagianya dilaksanakan secara
gotong royong. Pelaksanaannya sama seperti gotong royong atao masohi di bidang
pertaninan. Di desa Tuhaha kegiatan memotong ramuan rumah, dilakukan pada saat
bulan genap (bulan mati).
5. Maano
Maano adalah kelompok tolong
menolong dalam mengerjakan suatu pekerjaan secara borongan di mana anggotnanya
mendapat upah dan dibagi sama rata di antara mereka. Kegiatan ini biaanya
dilakukan pada waktu panen, terutama panen cengkeh. Kelompok maano adalah
mereka yang tidak memiliki pohon cengkeh atau cengkehnya tidak berbuah. Ada
juga kelompok maano dari desa tetangga atau desa yang adahubungan pela. Bila
dalam suatu negeri hasil panennya banyak maka biasanya akan dimaanokan kepada
orang lain. Jumlah hasil panen yang diberikan telah disepakati bersama oleh
mereka.
6. Di bidang kepentingan umum
Aktivitas ini berhunbungan
dengan kegiatan-kegiatan seputar kepentingan umum seperti mengerjakan baileu,
rumah-rumah raja, kepala soa, pendeta, membersihkan negeri dan lain
sebagainya.Yang menonjol dalam aktivitas ini adalah suatu hubungan masohi
yangdisebut pela. Pela adalah hubungan anatara dua aman atau negeri atau lebih,
di mana satu dengan yang lain saling membantu. Apabila penduduk salah satu aman
kekurangan bahan makanan maka ia dapat saja mengambilnya dari pelannya baik
dengan izin ataupun tanpa izin. Anggota pela harus ditolong atau dibantu
apabila melewati desa pelanya. Sesama pela biasanya saling menyapa dengan
sapaan “nanoa pela”, “nyong pela”.
7. Di bidang sekitar rumah tangga
Masohi yang berkaitan dengan ini
adalah menyangkut segala aktivitas tolong-tolong seputar kehidupan rumah
tangga. Misalnya dalam perkawinan, kematian, menggali sumur, membuat pagar
rumah, dan lain sebagainya. Biasanya pekerjaan tersebut melibatkan kaum kerabat
dan juga tetangga dekat, dimana pada gilirannya bila orang lain membangun rumah
maka orang yang telah dibantu akan membantu pula.
8. Di bidang kepercayaan
Masohi di bidang ini berhubungan
dengan kegiatan membersihkan tempat-tempat keramat, kuburan, dan upacara
keagamaan lainnya yang diadakan di baileu, batu pamali dan negeri aman. Upacara
ini dilakukan bersama-sama oleh masyarakat uku atau aman. Semua kebutuhan untuk
menyelenggarakan upacara ditanggung bersama. Salah satu kegiatan gotong royong
(masohi) di bidang kepercayaan adalah upacara Cuci Negeri di Desa Tuhaha yang
dilaksanakan dlam bulan Desember menjelang perayaan hari natal dan tahun baru.
Tujuannya untukmembersihkan desa. Menurut kepercayaan masyarakat, akan
terjadibencana di desa akibat datuk-datuk dan para leluhur menjadi marah.
9. Gotong royong kerja bakti
Dilihat dari istilahnya maka
kata kerja bakti diambil dari Bahasa Indonesia. Dapat diartikan kerja
bersama-sama tanpa pamrih untuk kepentingan bersama. Kelompok aktivitas di
bidang ini anggotanya sangat besar dan sifatnya tidak permanen, sebab kegiatan
di bidang ini adalahmenyangkut kepentingan umum. Tenaga yang dikerahkan hamper
menyangkut sebagian besarpenduduk dewasa. Pekerjaan yang biasanya dikerjakan
seperti pembangunan gedung gereja atau masjid,pembersihan lingkungan, pembuatan
jalan desa, pagar desa, tempat-yempat air minum, rumah raja, kantor desa dan
lain sebagianya. Di desa Tuhaha dan Haria dan juga desa-desa lain di pulau
Saparua terdapat suatu norma dalam kegiatan tolong-menolong yaitubagi seseorang
yang melewati tempat yang sementara melaksanakan aktivitas masohi kerja bakti
tanpa ia mengambil bagian atau membantu. Mereka yang berbuat demikian akan
dicemohkan dianggap sebagai orang yang tidak bermoral dan akan menjadi
bincangan orang. Oleh sebab itu bila di desa ada kegiatan-kegiatan maka
masyarakat akan selalu berpartisipasi tanpa pamrih.
Sumber: Balai
Kajian Jarahnitra Ambon